FAKTA RA KARTINI

Tanggal 21 April kemarin Indonesia kembali memperingati lahirnya seorang sosok wanita yang katanya merupakan tokoh wanita pelepas wanita-wanita pada masanya dari keterkungkungan, keterbelakangan, yang hanya tahu sumur, kasur dan dapur saja. Ya, Kartini, sosok wanita yang menjadi sumber inspirasi bagi para wanita untuk mendapatkan kesamaan derajat dan kedudukan dengan kaum pria, bebas mengekspresikan dirinya, bebas memperoleh pendidikan tinggi tanpa batas, bebas sebebas yang dilakukan laki-laki. Namun tahukah kita fakta yang sesungguhnya tentang penonjolan Kartini sebagai tokoh wanita Indonesia? Mungkin sangat sedikit yang mengetahuinya. Mengapa harus Kartini? Apakah tidak ada wanita lain yang lebih kokoh, tangguh, tegar dan luar biasa. Ada Cut Nyak Dien dari Aceh, ada Rohana Kudus dari Minang dan masih banyak wanita luar biasa lainnya.

Ada yang menarik pada Jurnal Islamia (INSISTS-Republika) edisi 9 April 2009 lalu. Dari empat halaman jurnal berbentuk koran yang membahas tema utama tentang Kesetaraan Gender, ada tulisan sejarawan Persis Tiar Anwar Bahtiar tentang Kartini. Judulnya: “Mengapa Harus Kartini?” Sejarawan yang menamatkan magister bidang sejarah di Universitas Indonesia ini mempertanyakan: Mengapa Harus Kartini? Mengapa setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?

Menyongsong tanggal 21 April 2010 kali ini, sangatlah relevan untuk membaca dan merenungkan artikel yang ditulis oleh Tiar Anwar Bahtiar tersebut. Tentu saja, pertanyaan bernada gugatan seperti itu bukan pertama kali dilontarkan sejarawan. Pada tahun 1970-an, di saat kuat-kuatnya pemerintahan Orde Baru, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik ‘pengkultusan’ R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Dalam buku Satu Abad Kartini (1879-1979), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990, cetakan ke-4), Harsja W. Bahtiar menulis sebuah artikel berjudul “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita”. Tulisan ini bernada gugatan terhadap penokohan Kartini. “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut,” tulis Harsja W. Bachtiar, yang menamatkan doktor sosiologinya di Harvard University. Harsja juga menggugat dengan halus, mengapa harus Kartini yang dijadikan sebagai simbol kemajuan wanita Indonesia. Ia menunjuk dua sosok wanita yang hebat dalam sejarah Indonesia. Pertama, Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh dan kedua, Siti Aisyah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan. Anehnya, tulis Harsja, dua wanita itu tidak masuk dalam buku Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1978), terbitan resmi Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Tentu saja Kartini masuk dalam buku tersebut.

Padahal, papar Harsja, kehebatan dua wanita itu sangat luar biasa. Sultanah Safiatudin dikenal sebagai sosok yang sangat pintar dan aktif mengembangkan ilmu pengatetahuan. Selain bahasa Aceh dan Melayu, dia menguasai bahasa Arab, Persia, Spanyol dan Urdu. Di masa pemerintahannya, ilmu dan kesusastraan berkembang pesat. Ketika itulah lahir karya-karya besar dari Nuruddin ar-Raniry, Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf. Ia juga berhasil menampik usaha-usaha Belanda untuk menempatkan diri di daerah Aceh. VOC pun tidak berhasil memperoleh monopoli atas perdagangan timah dan komoditi lainnya. Sultanah memerintah Aceh cukup lama, yaitu 1644-1675. Ia dikenal sangat memajukan pendidikan, baik untuk pria maupun untuk wanita. Tokoh wanita kedua yang disebut Harsja Bachriar adalah Siti Aisyah We Tenriolle. Wanita ini bukan hanya dikenal ahli dalam pemerintahan, tetapi juga mahir dalam kesusastraan. B.F. Matthes, orang Belanda yang ahli sejarah Sulawesi Selatan, mengaku mendapat manfaat besar dari sebuah epos La-Galigo, yang mencakup lebih dari 7.000 halaman folio. Ikhtisar epos besar itu dibuat sendiri oleh We Tenriolle. Pada tahun 1908, wanita ini mendirikan sekolah pertama di Tanette, tempat pendidikan modern pertama yang dibuka baik untuk anak-anak pria maupun untuk wanita.

Penelusuran Prof. Harsja W. Bachtiar terhadap penokohan Kartini akhirnya menemukan kenyataan, bahwa Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan sebagai pendekar kemajuan wanita pribumi di Indonesia. Mula-mula Kartini bergaul dengan Asisten-Residen Ovink suami istri. Adalah Cristiaan Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah Hindia Belanda, yang mendorong J.H. Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan, agar memberikan perhatian pada Kartini tiga bersaudara.

Harsja menulis tentang kisah ini: “Abendanon mengunjungi mereka dan kemudian menjadi semacam sponsor bagi Kartini. Kartini berkenalan dengan Hilda de Booy-Boissevain, istri ajudan Gubernur Jendral, pada suatu resepsi di Istana Bogor, suatu pertemuan yang sangat mengesankan kedua belah pihak.”

Ringkasnya, Kartini kemudian berkenalan dengan Estella Zeehandelaar, seorang wanita aktivis gerakan Sociaal Democratische Arbeiderspartij (SDAP). Wanita Belanda ini kemudian mengenalkan Kartini pada berbagai ide modern, terutama mengenai perjuangan wanita dan sosialisme. Tokoh sosialisme H.H. van Kol dan penganjur “Haluan Etika” C.Th. van Deventer adalah orang-orang yang menampilkan Kartini sebagai pendekar wanita Indonesia. Lebih dari enam tahun setelah Kartini wafat pada umur 25 tahun, pada tahun 1911, Abendanon menerbitkan kumpulan surat-surat Kartini dengan judul Door Duisternis tot Lich. Kemudian terbit juga edisi bahasa Inggrisnya dengan judul Letters of a Javaness Princess. Beberapa tahun kemudian, terbit terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran (1922).

Dalam artikelnya di Jurnal Islamia (INSISTS-Republika, 9/4/2009), Tiar Anwar Bahtiar juga menyebut sejumlah sosok wanita yang sangat layak dimunculkan, seperti Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (kemudian pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Berikut ini paparan tentang dua sosok wanita itu, sebagaimana dikutip dari artikel Tiar Bahtiar.

Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.

Kalau Kartini hanya menyampaikan ide-idenya dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang berinisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan).

Bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah dari Aceh, klaim-klaim keterbelakangan kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama-wanita. Di Aceh, kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Malahayati.
Jadi, ada baiknya bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih: Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu? Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini. Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan,” begitu kata Rohana Kudus.

Seperti diungkapkan oleh Prof. Harsja W. Bachtiar dan Tiar Anwar Bahtiar, penokohan Kartini tidak terlepas dari peran Belanda. Harsja W. Bachtiar bahkan menyinggung nama Snouck Hurgronje dalam rangkaian penokohan Kartini oleh Abendanon. Padahal, Snouck adalah seorang orientalis Belanda yang memiliki kebijakan sistematis untuk meminggirkan Islam dari bumi Nusantara. Pakar sejarah Melayu, Prof. Naquib al-Attas sudah lama mengingatkan adanya upaya yang sistematis dari orientalis Belanda untuk memperkecil peran Islam dalam sejarah Kepulauan Nusantara. Dalam bukunya, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu ((Bandung: Mizan, 1990, cet. Ke-4), Prof. Naquib al-Attas menulis tentang masalah ini:
“Kecenderungan ke arah memperkecil peranan Islam dalam sejarah Kepulauan ini, sudah nyata pula, misalnya dalam tulisan-tulisan Snouck Hurgronje pada akhir abad yang lalu. Kemudian hampir semua sarjana-sarjana yang menulis selepas Hurgronje telah terpengaruh kesan pemikirannya yang meluas dan mendalam di kalangan mereka, sehingga tidak mengherankan sekiranya pengaruh itu masih berlaku sampai dewasa ini.” Apa hubungan Kartini dengan Snouck Hurgronje? Dalam sejumlah suratnya kepada Ny. Abendanon, Kartini memang beberapa kali menyebut nama Snouck. Tampaknya, Kartini memandang orientalis-kolonialis Balanda itu sebagai orang hebat yang sangat pakar dalam soal Islam. Dalam suratnya kepada Ny. Abendanon tertanggal 18 Februari 1902, Kartini menulis:

”Salam, Bidadariku yang manis dan baik!… Masih ada lagi suatu permintaan penting yang hendak saya ajukan kepada Nyonya. Apabila Nyonya bertemu dengan teman Nyonya Dr. Snouck Hurgronje, sudikah Nyonya bertanya kepada beliau tentang hal berikut: ”Apakah dalam agama Islam juga ada hukum akil balig seperti yang terdapat dalam undang-undang bangsa Barat?” Ataukah sebaiknya saya memberanikan diri langsung bertanya kepada beliau? Saya ingin sekali mengetahui sesuatu tentang hak dan kewajiban perempuan Islam serta anak perempuannya.” (Lihat, buku Kartini: Surat-surat kepada Ny. R.M. Abendanon-Mandri dan Suaminya, (penerjemah: Sulastin Sutrisno), (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2000), hal. 234-235).

Melalui bukunya, Snouck Hurgronje en Islam (Diindonesiakan oleh Girimukti Pusaka, dengan judul Snouck Hurgronje dan Islam, tahun 1989), P.SJ. Van Koningsveld memaparkan sosok dan kiprah Snouck Hurgronje dalam upaya membantu penjajah Belanda untuk ’menaklukkan Islam’. Mengikuti jejak orientalis Yahudi, Ignaz Goldziher, yang menjadi murid para Syaikh al-Azhar Kairo, Snouck sampai merasa perlu untuk menyatakan diri sebagai seorang muslim (1885) dan mengganti nama menjadi Abdul Ghaffar. Dengan itu dia bisa diterima menjadi murid para ulama Mekkah. Posisi dan pengalaman ini nantinya memudahkan langkah Snouck dalam menembus daerah-daerah Muslim di berbagai wilayah di Indonesia.

Menurut Van Koningsveld, pemerintah kolonial mengerti benar sepak terjang Snouck dalam ’penyamarannya’ sebagai Muslim. Snouck dianggap oleh banyak kaum Muslim di Nusantara ini sebagai ’ulama’. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai ”Mufti Hindia Belanda’. Juga ada yang memanggilnya ”Syaikhul Islam Jawa”. Padahal, Snouck sendiri menulis tentang Islam: ”Sesungguhnya agama ini meskipun cocok untuk membiasakan ketertiban kepada orang-orang biadab, tetapi tidak dapat berdamai dengan peradaban modern, kecuali dengan suatu perubahan radikal, namun tidak sesuatu pun memberi kita hak untuk mengharapkannya.” (hal. 116).

Snouck Hurgronje (lahir: 1857) adalah adviseur pada Kantoor voor Inlandsche zaken pada periode 1899-1906. Kantor inilah yang bertugas memberikan nasehat kepada pemerintah kolonial dalam masalah pribumi. Dalam bukunya, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1985), Dr. Aqib Suminto mengupas panjang lebar pemikiran dan nasehat-nasehat Snouck Hurgronje kepada pemerintah kolonial Belanda. Salah satu strateginya, adalah melakukan ‘pembaratan’ kaum elite pribumi melalui dunia pendidikan, sehingga mereka jauh dari Islam. Menurut Snouck, lapisan pribumi yang berkebudayaan lebih tinggi relatif jauh dari pengaruh Islam. Sedangkan pengaruh Barat yang mereka miliki akan mempermudah mempertemukannya dengan pemerintahan Eropa. Snouck optimis, rakyat banyak akan mengikuti jejak pemimpin tradisional mereka. Menurutnya, Islam Indonesia akan mengalami kekalahan akhir melalui asosiasi pemeluk agama ini ke dalam kebudayaan Belanda. Dalam perlombaan bersaing melawan Islam bisa dipastikan bahwa asosiasi kebudayaan yang ditopang oleh pendidikan Barat akan keluar sebagai pemenangnya. Apalagi, jika didukung oleh kristenisasi dan pemanfaatan adat. (hal. 43).

Aqib Suminto mengupas beberapa strategi Snouck Hurgronje dalam menaklukkan Islam di Indonesia: “Terhadap daerah yang Islamnya kuat semacam Aceh misalnya, Snouck Hurgronje tidak merestui dilancarkan kristenisasi. Untuk menghadapi Islam ia cenderung memilih jalan halus, yaitu dengan menyalurkan semangat mereka kearah yang menjauhi agamanya (Islam) melalui asosiasi kebudayaan.” (hal. 24).
Itulah strategi dan taktik penjajah untuk menaklukkan Islam. Kita melihat, strategi dan taktik itu pula yang sekarang masih banyak digunakan untuk ‘menaklukkan’ Islam. Bahkan, jika kita cermati, strategi itu kini semakin canggih dilakukan. Kader-kader Snouck dari kalangan ‘pribumi Muslim’ sudah berjubel. Biasanya, berawal dari perasaan ‘minder’ sebagai Muslim dan silau dengan peradaban Barat, banyak ‘anak didik Snouck’ – langsung atau pun tidak – yang sibuk menyeret Islam ke bawah orbit peradaban Barat. Tentu, sangat ironis, jika ada yang tidak sadar, bahwa yang mereka lakukan adalah merusak Islam, dan pada saat yang sama tetap merasa telah berbuat kebaikan.

THE END OF SUPERSHOW 2




ANyeeonghaseeo chinggu...
ga kerasa perjalanan superjunior keliling asia buat project yg ke-2 ini alias supershow2 udah berakhir hari sabtu malem kmaren di philipina.
dan mereka sedang mempersiapkan untuk album ke-4 mereka. Kata temen gue yg nonton kesana mereka ga nunjukkin dance buat album ke 4 ini padahal pas supershow1 kmaren anak2 suju pada nunjukin koreo sorry sorry tapi cuma sepotong doang dan elf kan belom pada taua kalo itu bakal jadi dance di album ke-4 suju.
ELF filipin banyak banget bikin project buat suju diantaranya:
hello kitty buat zhoumi
handuk"TOWEL FOR DONGHAE" donghae
papan ucapan selamat ulang tahun buat siwon dan eunhyuk
glow stick sapphire pas lagu angela
trus katanya lagi ni, dari sumber yang terpercaya tentunya, eeteuk donghae ceria dari awal ampe akhir,padahal eeteuk baru aja sakit yaa..HEBAT YA URI LEADER?(*siapa dulu..suami gue!!di cakar elf)
dan yesung yang emang ga jelas,tapi kocak abiss,kali ini yesung tertawa terus lho,ga kaya waktu di malaysia(pas di malaysia respon yesung cuma diem ajaa)..

tapi di sushow2 filipin kmaren ga disangkal kalau anak-anak suju emang lagi ga enak badan rata-rata.
salah satunya eunhyuk yang emang ga bisa ngerap dan nyanyi dengan baik cz lagi batuk..*cup cup kasian oppa
ryeowook oppa juga demam..mungkin karena perbedaan cuaca yang drastis dari korea ke philipin yaa??
oppa oppa kita sempet saltum lagi pas dateng!*maklum ya oppa??hehe


rambut heechul oppa baru lho!teuki juga tapi yg paling menonjol rambutnya heechul oppa!


oia ELF INDONESIA juga sangat mengharapkan supaya suju dateng ke indo pas sushow3.
gue selaku ELF INDONESIA juga pengen banget suju ke indo..
ngareep banget deh pokonyaa..
pengen banget liat eeteuk dari deket!!WOWO!!pasti ganteng!!HUAKAKAKAK
okee buat para elf indonesia teruslah berharap yaaa!!!ikutin forum2nya elf2 indonesia atau project yang lain supaya suju makin cepet ke indonesianyaa...hhehe

SUJU JJANG!!ELF INDONESIA JJANG!!


post by: KERE-TEUKI





KARA PROFILE

Any6eoong chinggu.kali ini gue mau ngepost tentang girl band korea yang sekarang lagi jadi favorit girlnya boyband2 korea..KARA.
yaap ini dia girl band korea yang namanya langsung melejit gara-gara hitsnya mister dan dance pinggulnya yg lagi rame diikutin sama orang2 korea..
ini dia biodatanya




NAME: ◊ PARK GYURI - 박규리

NICKNAME:
◊ Gyul ◊ Gyul Omma ◊ Goddess ◊ Mirror Princess ◊ LeGYulas ◊ Shikshin ◊ Carrot

D.O.B: ◊ May 21, 1988
Position: ◊ Vocals
Role in KARA: ◊ Leader
Blood Type: ◊ AB
Height: ◊ 162cm
Favorite Color: ◊ Purple
Favorite Season: ◊ Spring and autumn
Favourite Korean gasoo: ◊ H.O.T
Motto: ◊ Whatever the situation, let's think positively
FAVORITE WESTERN DISH: ◊ Pizza

MOST ATTRACTIVE PART OF HERSELF:
◊ Collar bone ◊ Eyes

SKILLS / TALENT:
◊ Singing ◊ Acting ◊ Impersonations ◊ "Goddess Concept" on T.V.

HOBBIES / INTEREST:
◊ Food ◊ Reading ◊ Watching Movies

EDUCATIONAL BACKGROUND:
◊ Currently attending Dongduk Women's University - major in Broadcasting Communications





NAME: ◊ HAN SEUNGYEON - 한승연

NICKNAME:
◊ Ham, Choding, Big-smile-no-eyes

D.O.B: ◊ July 24, 1988
Position: ◊ Vocals
Role in KARA: ◊ Second-eldest/small sister
Blood Type: ◊ A
Height: ◊ 160cm
Favorite Color: ◊ Pink
Shoe Size: ◊ US Woman's size 6 (Korean size: 235mm)
Motto: ◊ Go with what you believe in
Favorite Food: ◊ BuDae Soup/Steam pot
Treasured Object: ◊ Anything with music
FAVORITE KOREAN ARTIST: ◊ G.O.D
MOST ATTRACTIVE PART OF HERSELF: ◊ Inside eyelids

SKILLS / TALENT:
◊ Singing ◊ Dancing ◊ Impersonating Gollum (Lord of the Rings)

HOBBIES / INTEREST:
◊ Reading ◊ Listening to music ◊ Watching Anime ◊ Making random cute sounds ◊ Hugging her mongshil Nicole
◊ Teaching Nicole wrong Korean words just for fun

EDUCATIONAL BACKGROUND:
◊ Graduated from Tenafly High School (New Jersey)
◊ Currently attending Kyunghee University - Majoring in Film Arts and Theatre




NAME: ◊ JUNG NICOLE - 정니콜

NICKNAME:
◊ Yongjoo ◊ Tweety ◊ Cole ◊ Nikori

D.O.B: ◊ October 7, 1991
Position: ◊ Vocals, Rapper
Blood Type: ◊ A
Height: ◊ 164cm
Favorite Color: ◊ Orange
Favorite Korean gasoo: ◊ Shinhwa
Location: ◊ California, USA

SKILLS / TALENT:
◊ Dancing ◊ Singing ◊ Rapping ◊ Can speak English fluently and some Spanish ◊ Cooking ◊ TV Personality

HOBBIES / INTEREST:
◊ Listening to music ◊ Violin ◊ Food ◊ Watching movies ◊ Eating ◊ Reading ◊ Cooking ◊ Practicing

EDUCATIONAL BACKGROUND:
◊ Attended Global Christian School
◊ Attended Laurel Springs School, finished 11th grade
◊ Hopes to finish school but is too busy with KARA and solo activities at the moment





NAME: ◊ GOO HARA - 구하라

NICKNAME:
◊ Koala, Honey, Gura

D.O.B: ◊ January 13, 1991
Position: ◊ Vocals
Height: ◊ 164cm
Weight: ◊ 43kg
Favorite Korean gasoo: ◊ Fin.K.L
Hobbies/Interests: ◊ Dancing
Skills: ◊ Dancing and Modeling

Educational Background:
- Attended Kwangjoo Academy of Music (same school with Big Bang's Seungri - they are good friends)
- Currently attending Dongmyeong Woman's High School of Industry and Information





NAME: ◊ KANG JIYOUNG - 강지영

NICKNAME:
◊ Jing ◊ Kang Jara (turtle) ◊ Kang Ah Ji (puppy) ◊ Rice-Cake (because of her fair skin tone)

D.O.B: ◊ January 18 1994
PLACE OF BIRTH: ◊ Gyeonggi-do, Paju
FAVORITE KOREAN ARTIST: ◊ Big Bang

SKILLS / TALENT:
◊ Singing ◊ Aegyo ◊ Eye smiling

HOBBIES / INTEREST:
◊ Reading ◊ Listening to music ◊ Dolls ◊ Letters ◊ Dogs

EDUCATIONAL BACKGROUND:
◊ Graduated from Kwanghee Middle School
◊ Currently attending Muhak Women's High School

F(X) PROFILE

Member Profiles



Victoria
Group Position: Leader, Vocals

- Real Name: Victoria Song
- Date of Birth: February 2, 1987
- Place of Birth: Qingdao, Shandong, China.
- Languages:
- Hobbies/Specialties: Traditional Dance, Jazz Dance, Korean
- Casted: 2007 Beijing, China SM Casting System

SHINee's "Noona Is So Pretty (Replay)" - Music Video
Super Junior-M's "U" - Music Video
Kangta's "In My Heart Someday" music video
Anycall 'Anydream' CF w/ Rain - Video
Spris Model w/ Lee Junki
Smart Model w/ SHINee
Vogue Girl December 2008 Photoshoot w/ SHINee
Samsung LCD Model





Amber
Group Position: Vocals, Rapper

- Real Name: Amber Liu
- Date of Birth: September 18, 1992
- Place of Birth:
- Languages: Korean, English, Chinese
- Hobbies/Specialties: Dance, Rap
- Casted: 2007 SM Global Audition





Luna
Group Position: Lead Vocal

- Real Name: Park Sun Young
- Date of Birth: August 12, 1993
- Place of Birth:
- Languages:
- Hobbies/Specialties: Singing, Chinese, Dance
- Casted: 2006 SM Casting System




Sulli
Group Position: Vocals

- Real Name: Choi Sul Li (최설리)
- Date of Birth: March 29, 1994
- Place of Birth: Yangsan, South Gyeongsang, South Korea
- Languages:
- Hobbies/Specialties: Acting, Dance
- Casted: 2005 SM Casting System

Maru Kids Model
DBSK's "Vacation" (mini drama)
SeoDongYo Sunhwa Princess (drama)
Love Needs No Miracle (drama)
Pepero CF
Punch Lady (movie)
Babo As Child HaJiwon (movie)





Krystal
Group Position: Lead Vocal

- Real Name: Jung Soo Jung (정수정)
- Date of Birth: October 24, 1994
- Place of Birth: San Francisco, Califaornia, USA
- Languages: Korean, English, Japanese
- Hobbies/Specialties: Acting, Dance
- Casted: 2006 SM Casting System

SHINee's "Juliette" - Music Video
Professor Yoon English Class CF
Watch CF #1 | Watch CF #2
Yuhan Kimberly CF
SK, LG Telecom CF
OhDdooKi Curry CF
EO CF
Lotte Chilsung Cider CF